Pabrik Tahu Bogor Terbakar Hingga Kerugian Capai Rp 150 Juta, Pemilik Hanya Bisa Pasrah

Pabrik Tahu Bogor Terbakar – Suasana mencekam melanda kawasan industri rumahan di Bogor pada Senin malam. Sekitar pukul 21.30 WIB, api tiba-tiba membubung tinggi dari sebuah pabrik tahu yang terletak di Kecamatan Cibinong, Bogor. Dalam hitungan menit, si jago merah melahap bangunan semi permanen tersebut tanpa ampun. Asap pekat membumbung ke langit malam, sementara warga sekitar panik berlarian berusaha menyelamatkan diri bonus new member 100 dan harta benda yang bisa di selamatkan.

Pabrik tahu yang terbakar di ketahui merupakan salah satu produsen tahu skala menengah yang sudah beroperasi lebih dari 10 tahun. Tak hanya menjadi sumber mata pencaharian bagi sang pemilik, tetapi juga puluhan karyawan yang menggantungkan hidup dari usaha tersebut. Kini, semua itu tinggal puing dan arang. Mesin-mesin produksi hangus. Bahan baku habis terbakar. Harapan runtuh dalam bara.

Dugaan Korsleting Listrik Akibat Pabrik Tahu Bogor Terbakar

Berdasarkan keterangan warga dan saksi mata, api di duga berasal dari korsleting listrik di area dapur produksi. “Tiba-tiba ada percikan api dari bagian belakang, lalu dalam lima menit sudah merembet ke seluruh atap,” ungkap Rudi, salah satu pekerja yang nyaris terjebak dalam kobaran api. Tidak ada sistem pemadam internal. Tidak ada alarm kebakaran. Semua hanya bisa panik, berteriak, dan berusaha memadamkan api dengan ember seadanya.

Yang membuat warga semakin geram, pemadam kebakaran di sebut terlambat datang. Butuh waktu lebih dari 40 menit sejak laporan pertama kali masuk sebelum mobil pemadam tiba di lokasi. Saat itu, api sudah telanjur menguasai hampir seluruh bangunan. Percuma. Tak ada lagi yang bisa di selamatkan.

Baca Berita Lainnya Juga Hanya Di askidabilet.com

Kerugian Ratusan Juta dan Nasib Buruh yang Terlunta

Pemilik pabrik, Sarman (47), tampak syok berat. Dengan mata merah dan suara bergetar, ia mengaku kehilangan segalanya. “Saya rugi sekitar seratus lima puluh juta rupiah. Semua alat, stok kedelai, generator, mesin pres tahu semua habis,” ujarnya dengan nada getir. Ia hanya bisa berdiri memandangi puing-puing usahanya yang kini rata dengan tanah.

Lebih memilukan lagi, puluhan pekerja harian kini tak punya penghasilan. Tanpa pabrik, tanpa alat, tak ada yang bisa mereka kerjakan. Beberapa di antara mereka bahkan menangis saat melihat tempat kerja mereka berubah menjadi abu. “Saya enggak tahu besok harus makan apa,” ujar Yani, salah satu pekerja perempuan yang sehari-hari mengemas tahu ke dalam kotak-kotak plastik.

Minimnya Pengawasan dan Ketiadaan Standar Keamanan

Tragedi ini kembali menyoroti lemahnya pengawasan terhadap industri rumahan di daerah-daerah padat penduduk. Banyak pabrik kecil yang beroperasi tanpa standar keamanan yang layak. Tanpa alat pemadam api ringan (APAR), tanpa sistem deteksi asap, dan dengan instalasi listrik yang sudah usang serta membahayakan. Pabrik tahu yang terbakar ini bukanlah kasus pertama, dan sangat mungkin bukan yang terakhir.

Pihak berwenang harusnya tak tinggal diam. Berapa kali lagi kebakaran harus terjadi baru pemerintah daerah turun tangan? Apakah nyawa dan harta rakyat kecil harus jadi korban terus-menerus? Sampai kapan?

Warga Minta Pertanggungjawaban, Bukan Janji Manis

Kemarahan warga pun semakin memuncak karena tidak adanya tindakan cepat dari otoritas. Beberapa tokoh masyarakat menyebut, kejadian ini menunjukkan betapa buruknya sistem tanggap darurat di Bogor. “Kami sudah lapor sejak awal api muncul, tapi yang datang malah telat. Sudah jadi arang baru di semprot air,” kata Hasan, warga setempat.

Warga meminta agar ada audit menyeluruh terhadap seluruh industri rumahan di wilayah Bogor dan sekitarnya. Mereka tidak mau kejadian serupa terulang. Tidak cukup dengan janji-janji manis dari pejabat. Mereka ingin jaminan nyata keamanan lingkungan mereka dari bahaya kebakaran maupun ledakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *